Sabtu, 27 Oktober 2018

Artificial Intelligence AI : Kemungkinan Mesin Memiliki Kecerdasan Sendiri. Mungkinkah?




Walaupun teknologi berkembang sangat pesat, memungkinkan segala yang dulu dianggap mustahil, tapi ketika kita berpikir komputer memiliki kecerdasannya sendiri rasanya masih jauh dari bayangan.

Kata cerdas sendiri memiliki makna yang luas dan bermacam-macam. Belum ada definisi jelas tentang kecerdasan. Tetapi tingkah laku dan kemampuan tentu membutuhkan kecerdasan. Menurut saya berpikir, memprediksi, berempati, dan kemampuan untuk menghadapi situasi baru adalah beberapa contoh penting. Kecerdasan kita adalah hasil dari otak kita sendiri. Sebagian orang membayangkan otak sebagai suatu komputer yang sangat rumit yaitu melaksanakan pemrosesan informasi dalam skala besar, menjalankan perintah yang kita sebut sebagai akal, dan merespon terhadap masukan yang diterima melalui indera.

Seperti yang saya jelaskan tadi, kebanyakan ilmuan neuroscience menganggap otak tidak lebih dari sebuah komputer yang rumit dan kompleks. Dan pada kenyataannya, ada banyak kemiripan antara otak manusia dan komputer (mesin).

Sebagai contoh keduanya dapat menerima informasi, memproses informasi tersebut secara internal, kemudian menghasilkan jawaban sebagai keluaran. Kemiripan lainnya yaitu komputer memiliki rangkaian elektronik (seperti neuron) yang disebut gerbang logika. Gerbang logika menghasilkan keluaran hanya kriteria tertentu dipenuhi, ini juga sama dengan neuron di otak. Terlebih lagi, kebanyakan gerbang logika menerima masukan mereka dari gerbang logika yang lain, membentuk jaringan-jaringan sebagaimana neuoron membentuk jaringan di otak.

Meskipun begitu, antara otak dan komputer memiliki beberapa perbedaan penting. Yang paling jelas adalah tingkat kerumitannya. Bahkan komputer yang paling kuat pun tidak memiliki gerbang logika yang mendekati jumlah neuron di otak. Neuron otak manusia memiliki jumlah lebih dari sepuluh kali jumlah manusia di bumi. Perbedaan penting selanjutnya adalah otak tidak perlu diprogram untuk melakukan sesuatu yang harus dilakukan seperti komputer.

Terpenting dari semuanya adalah, para ilmuwan komputer memahami dengan pasti bagaimana komputer bekerja, sedangkan masih banyak hal tentang otak manusia yang harus ditemukan dan dipelajari. Jadi untuk saat ini belum ada bukti dan pendapat kuat bahwa manusia mampu membuat mesin (komputer sebagai otaknya) yang lebih cerdas dari manusia itu sendiri.


Namun tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini ada mesin yang “cerdas”. Komputer yang mampu mempermudah pekerjaan manusia dan secara cermat melakukan tugas yang telah diperintahkan oleh manusia kepadanya.

Komputer diciptakan bertujuan memenuhi keinginan untuk melakukan pekerjaan manusia agar lebih mudah berdasakan sekumpulan perintah yang disebut program. Dengan mengikuti program, komputer berperilaku seolah-olah mereka cerdas seperti manusia. Komputer modern diprogram secara cerdas oleh orang cerdas, agar berkelakuan cerdas.

Menurut para filsuf dan ilmuwan, orang-orang yang digambarkan sebagai cerdas adalah mereka yang ahli, berpengetahuan, cerdas, cerdik, ataupun simpatik. Komputer saat ini dapat melakukan tugas-tugas yang memerlukan hal-hal tersebut, keahlian, cerdas, cerdik, dan dianggap cermat ketika merespon rangsangan tertentu. Tetapi, komputer hanya bisa melakukan sesuatu yang telah deprogram atau diperintahkan kepadanya. Rasanya sulit membayangkan komputer yang simpatis atau cerdik.

Dari keinginan membuat teknologi yang lebih mudah digunakan dan keperluan akan otomatisasi yang lebih lengkap, maka terciptalah kecerdasan artifisial. Artificial Intelegence (AI) atau kecerdasan artificial adalah mesin atau komputer yang dapat melakukan analisis cerdas terhadap sejumlah informasi, melakukan fungsi-fungsi kognitif layaknya manusia lakukan seperti berpikir dan memecahkan masalah. Jadi AI adalah mesin yang berpikir.

Sophia adalah robot sosial yang dikembangkan oleh Hanson Robotic. Sophia diaktifkan tanggan 14 Februari 2016 dan menjadi pujaan media, tampil dalam berbagai saluran media seluruh dunia. Menjadi pusat perhatian dalam berbagai bidang, budaya, bahkan dia telah menjadi cover majalah top fashion. Sophia telah bertemu dan melakukan wawancara dengan orang-orang terkemuka dibidangnya masing-masing. Mereka terdiri dari pembuat keputusan utama di perbankan, asuransi, media, bahkan hiburan.

Sophia adalah mesin cerdas yang terus berkembang. Ia diciptakan menggunakan kecerdasan artifisial maka ia akan terus belajar. Setiap interaksi yang dia miliki terhadap manusia akan berdampak pada bagaimana ia akan berkembang nantinya.

Contoh yang lebih sederhana dari kecerdasan artifisial, game virtual catur di komputer. Komputer akan memutuskan langkah apa yang dibuat berdasarkan posisi bidak-bidak di papan catur. Di setiap kemungkinan langkah, ada banyak langkah yang dapat dilakukan oleh lawannya. Program komputer “melihat ke depan” ini menganalisis ribuan kemungkinan, yang dapat melihat ke depan lebih jauh.


Namun, jika mesin melakukan tugas yang sebelumnya dikerjakan manusia makan ada kemungkinan besar beberapa pekerjaan manusia akan digantikan oleh mesin atau robot. Jenis pekerjaannya yang memiliki rutinitas yang sama dan berulang-ulang, yang memiliki potensi dapat digantikan oleh mesin. Seperti administrasi, proses manufaktur, konstruksi, dan pengemasan.

Namun, robot, mesin, maupun komputer, mereka adalah hasil ciptaan manusia. Yang bergerak dan melakukan sesuatu atas perintah manusia. Mereka dibuat dari berbagai macam algoritma rumit yang diciptakan manusia. Jadi tentu saja mesin masih membutuhkan kontrol dari manusia.






Penulis,

Ainindia.









Sumber :
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/alb-hsw/publication/philosophyofmind13aai.doc
http://www.hansonrobotics.com/robot/sophia/
https://www.idntimes.com/life/career/desy-27/pekerjaan-pekerjaan-yang-akan-diganti-oleh-robot-c1c2/full

Tidak ada komentar:

Posting Komentar